PESONA MESJID RAYA YANG
MEMANJAKAN MATA NAN MENYEJUKKAN QALBU
Pada 25 April 2015 ini,
aku bersama seorang sahabatku dengan bersahaja mengunjungi icon Banda Aceh
mesjid tertua yaitu mesjid Raya Baiturrahman. Warna keemasan dari sang mentari
sore yang siap menjemput datangnya senja, semilir angin sore menghembus lembut
pipi ini yang sedang memandang suasana ceria nan islami sekitar mesjid Raya
Baiturrahman. Suara riuh gembira dari anak-anak yang asyik memberi makan ikan,
para fotografer yang sibuk mencari para pelanggan, begitu pula para pedagang
asongan yang lalu lalang menjajakan makanan demi rupiah untuk memberi nafakah
keluarga dirumah. Hari beranjak senja seakan mentari tersenyum mengakhiri
tugasnya menyinari bumi seakan berkata kepada sang rembulan agar senantiasa
menyinari malam. Sayup sayup terdengar suara azan yang mendayu merdu dikumandangkan
membuat para insan pengunjung dari seluruh penjuru mesjid menghentikan
aktivitas mereka dan segera menuju tempat pensucian diri untuk menghadap sang Khalik.
Bunyi ribuan tetesan air
yang keluar dari keran mulai membasahi jemariku terasa sejuk nan damai menusuk
qalbu. Anggota demi anggota kubasuh secara tertib hingga akhir, kuhayunkan
langkah ini memasuki rumah sang Raja penciptaku terasa seakan begitu dekat
dengan-Nya. Ku edarkan pandanganku kesekitar melihat betapa indahnya islam yang
bersatu meghadap sang Khalik seakan seperti menaiki sebuah behtera yang siap
mengarungi lautan biru untuk bertemu sang Khalik yang selalu dirindui.
Mesjid Raya baiturrahman
ini sudah dikenal baik secara nasional maupun secara internasional. Mesjid ini
menyimpan begitu banyak sejarah, pahit manis telah dicicipi dan mesjid ini
tetap bediri teguh di jantung kota Banda Aceh yang merupakan ibu kota Nangroe
Aceh Darusalam dan juga pusat perbelanjaan. Mesjid ini didirikan pada tahun
1022 H/1612 M yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda. Jadi, tak heran gaya
arsitektur dari mesjid ini menggunakan gaya kesultanan Aceh. Mesjid ini terdiri
dari 7 kubah, 5 menara dan 4 gerbang masuk dengan luas lebih kurang 4 Ha.
Mirisnya mesjid ini pernah dibakar oleh Belanda pada masa perang dulu dabawah
pimpinan Jendral Van Swieten sekitar tahun 1290 H/10 April 1873. Akibatnya,
para rakyat Aceh semakin marah hingga salah seorang putri Aceh tehebat dan tak
tergantikan Cut Nyak Dhien berdiri tepat didepan mesjid yang sedang terbakar
membangkitkan semangat Fisabililah rakyat Aceh. Kemudian, mesjid ini kembali
dibangun oleh Belanda pula pada tahun 1877 dengan tujuan untuk menarik
perhatian serta sebagai simbol permintaan maaf dari Belanda kepada rakyat Aceh.
Sebagai tempat bersejarah
yang memiliki nilai seni yang begitu tinggi, mesjid raya Bauturrahman ini
menjadi salah satu objek wisata realigi yang mampu membuat para wisatawan yang
datang berdecak kagum akan sejarah dan arsitekturnya yang begitu indah. Kenapa
tidak mulai dari desing bangunan yang klasik nan memukau, perpaduan warna yang
begitu indah dan khas yang tidak pernah di ubah,ditambah halaman yang begitu
luas dihiasi dengan kolam ikan pancuran air bergaya Kesultanan Turki Utsmani,
dan juga banyaknya tanaman palem yang dibudidayakan terasa bagaikan berada di
Arab. Mesjid raya Baiturrahman ini selain menjadi pusat tempat pembelajaran
agama islam yang didatangi dari seluruh penjuru dunia juga menjadi tempat bagi
para pahlawan untuk menyusun strategi dan taktik perang.
Pada tanggal 26 Desember
2004 silam ketika gempa dan tsunami meluluh latakkan bumi Aceh ini, mesjid raya
baiturrahman tetap berdiri dengan megah dan tegak seakan ingin mengatakan
dengan bangga kepada insan penghuni dunia ini ‘akulah rumah Allah tempat para
insan menghadap sang khalik, akulah rumah Allah yang tak dapat dihempas badai,
takkan runtuh disapu ombak besar yang takkan lenyap ditelan bumi kecuali atas
Ridha-Nya, akulah tempat kalian berlindung dikala bencana menyelimuti dunia
ini, sesungguhnya tiada tempat yang paling aman didunia ini kecuali aku
rumahnya Allah’ mesjid ini memang sangat layak untuk dijadikan tempat wisata
islami seperti komentar salah satu pengunjung yang bernama Saifuddin. Dia
mengatakan “kalau ke Banda Aceh, belum sah bila belum ke mesjid Raya
Baiturrahman karena, selain menmiliki banyak sejarah baik itu duka maupun duka,
mesjid ini memiliki desing yang bagus enak dipandang mata, penataan halaman
dengan berbagai aksesorisnya tampak rapi dan sesuai pada tempatnya selain itu
juga menara utamanya, bila kita naik kepuncaknya itu kita bisa melihat hampir
semua kota Banda Aceh sampai kebandara yang berada di Blang Bintang” jadi bagi
kita semua yang belum pernah melangkahkan kakinya kesini, mari luangkan sehari
dari 365 hari yang Allah berikan kepada kita untuk menikmati indahnya
bersilahturrahim kerumah Allah ini baik bersama sanak saudara maupun bersama
sahabat anda. Mari kita pelajari sejarahnya, mari kita nikmati indahnya. Saya Nailus Saadah dan beberapa panduan sejarah
baik buku maupun guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar